Setelah sempat membahas beberapa bidang yang ada di pelayaran, kali ini Koneksea akan membahas kegiatan-kegiatan kapal di pelabuhan. Yuk, kita bahas bareng-bareng!
1. Arrival/Kedatangan Kapal
Sebelum memasuki kawasan kolam pelabuhan, kapal akan melakukan Drop Anchor terlebih dahulu. Kemudian, laporan kedatangan kapal tersebut akan dikirimkan kepada pihak-pihak terkait dalam proses shipment, Â untuk berkoordinasi membawa kapal ke dalam kolam pelabuhan. Dimana notabenenya membutuhkan kepastian posisi kapal karena banyaknya kegiatan labuh di berbagai titik pelabuhan.
Ketika sampai di kolam pelabuhan, pada umumnya kapal yang datang akan melakukan atau menyampaikan beberapa info seperti di bawah ini:
a. EOSP / End of Sea Passage
b. Arrival time
c. Dropped Anchor
d. NOR Tendered
Terdapat banyak kegiatan di kolam pelabuhan, mulai dari kapal yang masuk silih berganti, penarikan tongkang yang dilakukan oleh tug, dan beberapa proses husbandary yang dilakukan pada saat kapal berlabuh. Banyaknya kegiatan ini tentu diikuti pula oleh banyaknya jumlah kapal di pelabuhan yang dapat menimbulkan kongesti/antrian untuk sandar, karena kendala kurangnya kapasitas sandar di dermaga/terminal.
2. Proses Naik Pandu
Setelah mendapat informasi bahwa kapal akan sandar pada waktu dan jam yang telah ditentukan, awak kapal tersebut akan mempersiapkan mesin dan mengangkat jangkar.
Gambar di bawah menunjukkan proses bagaimana pandu menuju kapal MV Rajawali untuk mengarahkannya masuk ke arah dermaga.
Setelah sampai pada titik di mana kapal berlabuh, pandu akan naik ke atas kapal untuk mengambil alih navigasi dan mengarahkan alur pelayaran yang harus dilewati oleh kapal. Hal itu dilakukan karena kondisi dan informasi alur pelayaran di pelabuhan menjadi tanggung jawab pihak pandu.
Sekadar informasi, kandas dalam proses pemanduan di pelabuhan tidak jarang terjadi loh, mates. Apabila hal itu sampai terjadi, maka akan ada banyak pihak yang dirugikan, khususnya pemilik kapal/ship owner. Oleh karena itu, pandu memiliki peran penting untuk memastikan kapal tidak menubruk kapal lain di sekitar kolam pelabuhan selama proses pengarahan ke dermaga.
Setelah pandu naik ke atas kapal, pihak kapal akan mempersiapkan laporan sebagai berikut:
a. Anchor up
b. Pilot on board
Proses penyandaran di setiap pelabuhan tentunya membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Ada yang berlangsung selama tiga jam, empat jam, atau bahkan hingga enam jam. Hal tersebut tergantung dari jauh atau tidaknya jarak antara pelabuhan dengan titik anchorage area.
3. Proses Penyandaran
Setelah melewati alur pelayaran, tugas pandu digantikan oleh tug, yang akan membantu proses pendempetan kapal ke dermaga untuk mempermudah proses mooring.
Penggunaan jumlah tug yang berkisar antara satu sampai dua unit biasanya tergantung kebutuhan dan kondisi dalam penyandaran. Biasanya, kapal yang cukup besar atau kondisi angin yang cukup kencang di area penyandaran kapal membutuhkan tersedianya dua unit tug.
Ketika kapal akan sandar, semua kru kapal yang bertugas sudah siap di posisinya, tergantung apakah kapal akan bersandar di starboard side (sisi kanan) atau port side (sisi kiri). Umumnya, tim mooring stand by di posisi tali akan ditambatkan di masing-masing ujung bolder.
Diperlukan koordinasi yang jelas dalam proses penyandaran yang dilakukan pihak kru kapal dan tim mooring. Agar kegiatan menambatkan kapal dapat berjalan dengan cepat, prosesnya diawali dengan menambatkan tali pertama yang disebut “first line”, kemudian disusul dengan tali berikutnya di bagian belakang kapal. Berikut gambaran dalam proses mooring saat penyandaran kapal :
4. Persiapan Pemeriksaan
Setelah kapal sandar, pihak kapal/captain akan melaporkan waktu penyandaran berupa first line, all made fast, dan gangway down pada parties yang bersangkutan (agent, ship owner, charter). Sementara itu, di area dermaga, kru kapal menurunkan tangga sebagai jalan bagi pihak quarantine/karantina, imigrasi, bea cukai, dan port authority untuk naik ke kapal.
Pihak pertama yang naik ke kapal adalah pengkarantina, yang bertugas memastikan kapal bersih dan terbebas dari penyakit yang beresiko menular. Hasil pengecekan dari pihak yang melakukan karantina menjadi penentu layak atau tidaknya kapal untuk melakukan kegiatan/free pratique. Di dalam kapal, pihak Port Authority memeriksa kelengkapan dokumen maupun sertifikat untuk memastikan kapal telah memenuhi syarat kelayakan berlayar.
Ada pun, dokumen atau sertifikat yang harus diberikan oleh pihak kapal untuk diperiksa berupa:
a. First Line
b. All Made Fasted
c. Gangway Down
d. Free Pratique
e. Port Official On Board
Setelah pihak Port Authority turun dari kapal, Surveyor yang dipercaya oleh Charterer dan Shipper akan naik ke atas kapal untuk mengecek tangki kapal. Bila tangki dinilai sudah layak untuk pemuatan, kru kapal dan tim Surveyor akan mempersiapkan jalur yang menjadi aliran muatan/minyak yang akan masuk ke tangki kapal.
Dari proses pengecekan tangki sampai aktivitas muat dimulai, laporan yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Safety Meeting
b. Tanks Inspection
c. Notice of Readiness Accepted / NOR Accepted
d. Cargo Hose Connected
e. Commenced Loading
Selama proses pemuatan, pihak Agent, Surveyor dan kru kapal mengawasi, mengontrol, dan menginformasikan perkembangan proses muat, supaya pihak-pihak yang berperan pada shipment MV. Rajawali mengetahui bahwa pemuatan berjalan dengan baik, serta menghindari risiko terjadinya delay pada kegiatan tersebut.
5. Penyelesaian Dokumen dan Persiapan Keberangkatan
Kegiatan pemuatan yang telah berjalan menjadi sinyal bagi pihak Agent untuk segera menyelesaikan seluruh urusan perdokumenan.
Setelah proses pemuatan selesai, Surveyor akan melakukan pengecekan dan penghitungan kesesuaian muatan. Apakah muatan yang sudah masuk kedalam tangki sudah sesuai dengan jumlah yang disetujui dengan stowage plan dan tentunya jumlah yang termuat sudah diterima kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli.
Kesesuaian dan persetujuan terhadap jumlah muatan yang ada pada kapal tentunya melewati proses ullaging atau pengukuran volume muatan, biasanya penghitungan jumlah muatan ini membutuhkan waktu 2-3 jam. Apabila jumlah yang ada sudah disetujui kedua belah pihak, pihak agent segera menyiapkan dokumen keberangkatan seperti pengembalian dokumen asli milik kapal dan dokument ekspor. Salah satu dokumen yang menjadi keputusan bahwa kapal diizinkan berangkat adalah Port Clearance, dimana surat tersebut berisikan keputusan berlayar dari pelabuhan tempat kapal bersandar untuk mengizinkan kapal boleh berlayar.
Sambil menunggu pandu yang sedang menuju kapal yang sebelumnya telah berkoordinasi dengan pihak agen, pihak kapal dan agen melaporkan aktivitas berikut pada parties yang terkait, sebagai berikut :
a. Completed Loading
b. Cargo Hose Disconnected
c. Ullage/Gauging and Calculation
d. Completed Document
e. Cargo Documents on Board
Dalam proses naiknya pandu ke atas kapal, pihak agen berkoordinasi dengan Tim Mooring untuk melakukan pelepasan tali/yang disebut dengan proses “Unberthingâ€.
Tidak lupa untuk memastikan bahwa dibeberapa pelabuhan memerlukan waktu tambahan dalam menunggu proses Custom Clearance atau penyelesaian proses bea cukai yang dilakukan oleh pengirim muatan/Shipper, tentunya kita akan bahas dikonten berikut nya ya Mates!
Kapal yang sudah dibawa pandu hingga ambang luar sudah siap menuju pelabuhan selanjutnya yaitu Discharging Port/Pelabuhan Bongkar. Kemudian tak lupa pihak agent dan kapal sudah berkoordinasi untuk melakukan pelaporan pada parties terkait untuk meng-update posisi kapal terakhir dengan memberikan laporan sebagai berikut :
a. Pilot on Board
b. Unberthing
c. Sailing out
Berikut kegiatan kapal yang secara umum ada di pelabuhan mates! Bisa dilihat ternyata banyak juga ya parties yang berperan dalam kegiatan pemuatan kapal? Semoga board kali ini bermanfaat ya buat kamu yang akan menjalani karir dibidang pelayaran khususnya dibidang Shipping Agency. Ditunggu komentar dan masukannya untuk pengembangan konten Carry On lebih baik lagi.
apa saja kendala yang ada pada pada tahap proses penyandaran kapal di pelabuhan yang memiliki fasilitas pelabuhan atau dermaga yang kurang memadai?
Setiap pelabuhan tentunya memiliki fasilitas yang berbeda”, dilihat dari fasilitas. Tentunya ini tergantung dimana pelabuhan tersebut berada. kemudian banyak hal akan mempengaruhi proses penyandaran dan memperlambat proses penyandaran, contohnya tidak disediakannya kapal tunda dan mooring boat, yang membantu dan meng-assist kapal untuk melakukan penyandaran. selain itu sering kali tidak adanya fender untuk melindungi lambung kapal untuk penyandaran di dermaga. Namun dari pihak kapal juga harus dapat melakukan claim, untuk memberikan statement jika dermaga tersebut tidak safety untuk melakukan penyandaran dan kegiatan bongkar muat. Contoh lainnya yaitu kurangnya mooring bitts/bolder.