Kapal KRI Rigel
(Sumber Foto: BeritaSatu.com)
Misi Pencarian dan Penyelamatan
Januari lalu dunia penerbangan Indonesia mengalami duka, dengan musibah kecelakaan yang menimpa pesawat Sriwijaya Air (SJ 182) yang jatuh pada perairan Kepulauan Seribu. Pesawat tersebut memiliki rute Jakarta – Pontianak dengan membawa total 62 orang dalam pesawat, dengan pesawat jatuh tidak lama setelah take-off dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Misi pencarian dan penyelamatan pun segera dilakukan setelah kejadian tersebut diumumkan ke publik, dengan Perhubungan, Basarnas, TNI, Polri, Maskapai, dan pihak-pihak lain yang turut andil dalam misi tersebut.
Salah satu yang berhasil mendeteksi titik awal lokasi jatuhnya pesawat adalah TNI AL melalui kapalnya yakni Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Rigel. KRI Rigel mendeteksi dua titik sinyal yang diduga berasal dari kotak hitam (black box) pesawat tersebut.
Selain membantu pada misi SJ 182, KRI Rigel pun memberikan sumbangsih berarti pada Oktober 2018, ketika menemukan lokasi jatuhnya pesawat Lion Air (JT 610) di Perairan Karawang.
KRI Rigel memiliki panjang 60,1 meter dan lebar 11,5 meter, dilengkapi persenjataan mitraliur berkaliber 20 milimeter dan kaliber 12,7 milimeter serta peralatan survei canggih di antaranya Side Scan Sonar, Automatic Weather Station, Echosounder Multibeam laut dalam dan Singlebeam, Peralatan Conductivity Temperature and Depth (CTD), dan Gravity Cores.
Berdasarkan tipe kapal, KRI Rigel adalah jenis kapal multi-purpose research vessel. Ada pun jenis kapal research vessel memang cukup berbeda dengan kapal lain yang memiliki populasi lebih tinggi, seperti jenis kapal-kapal cargo.
Research Vessel
Pada prinsipnya, jenis research vessel atau kapal riset adalah kapal yang dirancang, dimodifikasi, dan/ atau dilengkapi untuk melakukan riset pada wilayah perairan.
Ada pun research vessel ini termasuk pada kategori other non-cargo ships vessel berdasarkan pengkategorian pada the Review of Maritime Transport UNCTAD 2020.
Berdasarkan fungsi riset pada kapal riset, dibagi lagi menjadi beberapa kategori yakni sebagai berikut:
- Hydrographic Survey Vessel : Melakukan riset dan survey hidrografi.
- Oceanographic Research : Melakukan riset fisik, kimia, dan biologis dari karakteristik perairan, atmosfir, dan iklim.
- Fisheries Research : Kapal yang terdapat platform untuk melakukan towing dari fish net, mengkoleksi plankton dan sampel perairan dari berbagai kedalaman air.
- Naval Research : Kapal untuk kebutuhan penelitian pertahanan laut, termasuk pendeteksian sonar bawah laut, dan pengujian senjata.
- Polar Research : Kapal yang juga dapat difungsikan sebagai supply vessel yang dilengkapi icebreaker hull dengan mampu melakukan navigasi pada wilayah air es.
- Oil Exploration : Kapal yang umumnya dilengkapi drilling platform, sehingga dapat berpindah melakukan pengeboran pada area-area yang berbeda.
Kapal-kapal di atas tersebut umumnya dilengkapi dengan fasilitas seperti GPS positioning and logging, transducer, echosounder, sonar, dan/ atau grab sampler.
- GPS positioning and logging : Sistem satelit navigasi yang menyediakan sinkronisasi lokasi, waktu, dan kecepatan.
- Transducer : Alat yang mampu menghasilkan gelombang suara atau energi akustik yang kemudian gemanya akan diterima kembali pada alat.
- Echosounder : Alat tipe sonar yang umumnya digunakan untuk menentukan kedalaman laut dengan menembakkan gelombang suara ke air.
- Sonar : Instrumen yang digunakan untuk memanipulasi suara agar dapat mengetahui atau mendeteksi objek di perairan.
- Grab Sampler : Alat yang digunakan untuk mengambil sedikit volume yang umumnya akan digunakan untuk sampling dalam penelitian.
Salah satu layout kapal riset perikanan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Selain KRI Rigel, beberapa kapal riset kategori kapal survey yang sukses berkiprah pada komersial bidang energi adalah kapal Elsa Regent dan SS Barakuda.
Berdasarkan yang disampaikan pada laman Kontan.id, Elsa Regent, kapal ini mampu menyelesaikan pekerjaan seismik survey untuk upaya penemuan giant discovery minyak dan gas dengan total panjang lintasan yang diselesaikan mencapai 100.21% dari target 1,366 kilometer.
Berdasarkan informasi pada laman Lion Energy, kapal SS Barakuda yang melakukan seismic survey sepanjang 545 km pada wilayah offshore Pulau Seram.
Dari paparan singkat di atas, semoga dapat menjadi gambaran terkait research vessel. Apabila memiliki feedback ataupun comment, don’t hesitate to fill in box below mates.
Referensi:
Andi, Dimas. 2020. Industri.Kontan.co.id. Accessed 2021. https://industri.kontan.co.id/news/elnusa-elsa-sukses-selesaikan-survei-seismik-2d-laut-di-perairan-saumlaki.
Jose A. Rivera, Martha C. Prada, Jean-Luc Arsenault, Gary Moody, Nicolas Benoit. 2014. “Detecting Fish Aggregations from Reef Habitats Mapped with High Resolution Side Scan Sonar Imagery.”
Limited, Lion Energy. 2020. “Investi Pty Ltd.” Accessed 2021. http://www.investi.com.au/api/announcements/lio/787c0aec-9f3.pdf.
Rahma, Athika. 2021. Liputan6.com. Accessed 2021. https://www.liputan6.com/bisnis/read/4454865/mengenal-kri-rigel-kapal-tercanggih-asia-yang-temukan-sriwijaya-air-sj182#:~:text=Yang%20menjadi%20sorotan%20adalah%20KRI,pesawat%20yang%20jatuh%20di%20perairan.