Cover source: seavendors.com
Sejak pertama kali manusia mengenal api, kita selalu belajar untuk mengendalikan dan memanfaatkan energi tersebut. Api akan bermanfaat jika kita dapat mengendalikannya dengan baik, akan tetapi dapat menjadi malapetaka jika kita ceroboh dalam penggunaannya. Edukasi yang baik terhadap pengendalian api dan penanganan kebakaran sangatlah penting, karena dapat mencegah kerusakan properti bahkan kehilangan nyawa yang diakibatkan oleh kebakaran. Maka International Maritime Organization (IMO) meresolusikan aturan SOLAS Chapter II-2, yang secara khusus membahas pencegahan dan pemadaman kebakaran, bahkan menjadikan Fire Prevention and Fire Fighting (Model Course 1.20) sebagai salah satu main course yang harus diberikan kepada pelaut. Hari ini, kami akan membagi sedikit konten dari IMO model course tersebut yaitu, segitiga api dan klasifikasi api. (Baca: Standar Keamanan & Keselamatan di Atas Kapal)
Segitiga Api
Segitiga api adalah penyatuan dari 3 elemen pembentuk api, yaitu material pembakar (bahan bakar), oksigen, dan sumber panas. Jika ketiga elemen ini bertemu dalam kadar tertentu, maka akan terbentuk ignition point, yang dapat membesar dan dapat menjadi kebakaran. Sebagai langkah pencegahan kebakaran kita dapat melakukan pemisahan ketiga elemen tersebut sehingga tidak ada reaksi buruk yang ditimbulkan. Sebagai contoh, ketika kapal memuat kargo batu bara, kita akan harus menjaga suhu palka agar tetap stabil dengan ventilasi atau crack open agar tidak timbul reaksi segitiga api serta menjaga kualitas kargo.
Selain untuk mencegah kebakaran, pemahaman tentang segitiga api juga baik untuk pemadaman. Sebagai contoh, fire door di atas kapal di desain untuk langsung menutup dan didukung juga dengan emergency closing vent, hal ini agar kapal dapat memutus suplai oksigen dan mengisolasi bagian yang terbakar, sehingga api dapat dikendalikan. (Baca: Standar Keamanan & Keselamatan di Atas Kapal)
Lalu apa itu klasifikasi api?
Setiap kebakaran memiliki kelasnya, maka klasifikasi api adalah pengelompokan jenis api berdasarkan sifat combustion material. Secara umum klasifikasi api memiliki 2 standar yaitu ISO standard 3941 dan National Fire Protection Association 10 (NFPA10), namun saya akan merangkum keduanya berdasarkan IMO Resolution A.951(23), sebagai berikut;
Tipe | Material pemantik (Combustion material) |
Kelas A | Benda padat yang mudah terbakar (Kayu, kain, kertas, dll) |
Kelas B | Cairan yang mudah terbakar (Bahan bakar, dll) |
Kelas C | Komponen elektronik yang masih memiliki arus listrik |
Kelas D | logam (Magnesium, titanium, dll) |
Kelas F atau K | Minyak goreng termasuk lemak |
Dengan memahami sifat dasar dari combustion material kita dapat secara efektif menangani kebakaran, sebagai contoh untuk menangani kebakaran tipe B penggunaan water fire extinguisher justru akan berbahaya. Hal ini dikarenakan sifat dasar minyak yang lebih ringan dan tidak menyatu dengan air, sebagai akibatnya api malah akan menyebar karena terbawa oleh air.
Pada akhirnya, hanya kitalah yang dapat menjaga keamanan dan keselamatan diri kita. Untuk itu tetap jaga kewaspadaanmu yaa mates, kapanpun dimanapun kalian berada! setelah postingan ini, saya akan membahas tipe-tipe alat pemadam di atas kapal, see you on the next post!